Monday, October 11, 2010

Makna Hidup Bagiku

Bismillahirrohmanirrohiim…

Kehidupan serasa mengalir begitu saja. Episode demi episode perjalanan hidup telah dijalani. Panjang perjuangan yang telah banyak dilalui manusia. Dari nol, sampai tak terhingga. Mereka dilahirkan dari rahim seorang ibu. Ketika Allah mempertemukan sebuah sel telur dengan sebuah sperma terbaik-satu dari jutaan- hingga terbentuklah sebuah anak manusia. Kemudian Allah memberinya kehidupan, dengan sebaik-baik penciptaan. Allah memberinya mata untuk melihat, memberinya telinga untuk mendengar, memberinya tangan untuk berbagi, memberinya kaki untuk berjalan, memberinya otak untuk berpikir, dan memberinya hati untuk merasa. Ia lahir, kemudian hidup dengan berbagai macam keadaan yang ada di sekitarnya. Ada yang beruntung karena Allah memberinya tubuh yang sempurna, akal yang sehat, keluarga yang utuh, hidup yang cukup, dan kasih sayang yang berlimpah. Namun, tak sedikit pula anak manusia yang jauh lebih beruntung, karena Allah mengujinya dengan berbagai macam kekurangan, yang membuktikan bahwa Allah menyayanginya, dan ia jauh lebih istimewa.

Banyak orang yang menganggap hidupnya telah sempurna, meskipun kebanyakan dari mereka sebenarnya keliru. Tapi tak sedikit pula orang yang menganggap bahwa hidupnya itu sangat jauh dari sempurna. Entah karena alasan apa pun itu. Pada awal perjalanan hidupku, aku sering ingin segera kembali mengadap-Nya, pergi jauh, sangat jauh dari muka bumi ini, karena aku menganggap bahwa hidup ini memuakkan. Bukankah jauh lebih baik dan lebih nyaman jika aku berada di dekat-Nya? Di surga, seperti ketika aku belum dilahirkan ke dunia. Tapi benarkah aku dapat kembali ke surga dengan cara demikian itu?

Aku merasa hidupku serba kekurangan. Merasakan masa-masa sulit ketika keluargaku sedang terhimpit masalah perekonomian, keretakan hubungan orang tuaku, ketidakharmonisan hubungan dengan masyarakat, pertengkaran demi pertengkaran, sampai kesepian kehilangan teman-teman yang merasa bahwa aku tidak layak menjadi teman mereka. Aku sudah tidak ingat lagi, seberapa sering aku mengutuki kehidupan yang kujalani. Sampai-sampai, sepertinya aku telah menghitam-kelamkan seluruh bagian hidupku masa itu.

Namun ternyata aku keliru. Sangat keliru. Kini aku terpojok pada suatu kenyataan pahit, yang justru kenyataan itu adalah satu titik terang kehidupanku untuk melangkah menuju masa depan, bahwa dulu aku begitu bodoh. Ya, aku begitu bodoh.

Kenyataannya adalah, aku sangat bersyukur atas kehidupanku itu. Ternyata masa-masa kelam itu adalah suatu perjalanan panjang yang harus aku lalui untuk menuju pada kehidupan cerah yang sekarang. Aku sangat mencintainya. Ku banyak belajar dari masalah. Bukan, tapi aku dibesarkan oleh masalah. IA-lah yang membuatku hidup sampai sekarang. Layaknya sebuah pedang sakti yang harus ditempa dengan panasnya bara api, ditajamkan dengan hantaman palu baja, IA membuatku tajam dan tangguh dalam mengalahkan setiap musuh kehidupan. Lalu dalam setiap kemenangan yang aku peroleh dari-Nya, aku merasakan sebuah makna. YA, inilah kehidupan yang sebenarnya….

Hidup yang membuatku menjadi matang dan dewasa. Dan aku bahagia.

Terima kasih Ya Allah, atas semua didikan-Mu yang senantiasa bijaksana…

Aku mencintai-Mu.

No comments:

Post a Comment